BULELENG, KOMPAS.com - Kapal tanker Cinta Natomas yang tengah tambat di dermaga curah Pelabuhan Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, dilaporkan dalam kondisi miring.
Kondisi kapal jenis Floating Storage and Offloading (FSO) yang mengangkut minyak mentah itu semakin mengkhawatirkan.
Dikhawatirkan terjadi kebocoran yang berpotensi menyebabkan tumpahan muatan dan mencemari perairan di sekitar pelabuhan.
Baca juga: 2 ASN Dipecat karena Diduga Berselingkuh Bakal Gugat ke PTUN, Bupati Buleleng: Kami Harus Hadapi
General Manager PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Celukan Bawang, Muhammad Imron mengakui bahwa saat ini kapal dalam kondisi miring.
Namun, ia memastikan jika tidak ada kebocoran pada muatan kapal tersebut.
"Hingga saat ini tidak ditemukan adanya kebocoran atau pencemaran," kata Imron di Buleleng, Senin (4/8/2025).
Baca juga: Cuaca Ekstrem, Kapal Wisata Diminta Hindari Selatan Pulau Komodo dan Padar
Adapun kapal tanker tersebut telah sandar di dermaga curah Pelabuhan Celukan Bawang sejak 2018 lalu.
Imron menyampaikan, pada 17 hingga 22 November 2024 lalu, Pertamina selaku pemilik kapal tanker tersebut telah berkoordinasi dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dan Pelindo untuk melakukan survei bawah laut.
Ia menyebut, dari hasil survei tersebut, dinyatakan bahwa tidak ditemukan adanya kebocoran dan kondisi kapal dinyatakan aman.
Menurutnya, hasil survei tersebut juga sejalan dengan hasil uji kualitas air laut yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng pada 2 Desember 2024.
Hasil uji tersebut mengonfirmasi bahwa kondisi seluruh wilayah perairan Pelabuhan Celukan Bawang tetap berada dalam batas normal, tanpa terdeteksi adanya pencemaran.
"Saat ini kami tengah menyiapkan proses evakuasi endapan minyak," ujar dia.
Ia menyebut, Pelindo sebagai operator pelabuhan memastikan bahwa seluruh tahapan evakuasi dilakukan secara hati-hati dan sesuai standar Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) serta ketentuan teknis yang berlaku.
Langkah antisipatif, seperti pemasangan oil boom di sekitar kapal, telah dilakukan sejak awal sebagai bentuk pengendalian risiko tumpahan.
"Kami memastikan seluruh kegiatan berjalan sesuai prosedur dan diawasi secara ketat," tutup dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang