BANGLI, KOMPAS.com - Hutan bambu seluas 2.000 meter persegi atau 0,2 hektare di Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali terbakar, Selasa (29/8/2023) sore.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bangli, Ketut Agus Sutapa mengatakan pihak kepolisian tengah melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kebakaran tersebut.
"Obyek yang terbakar hutan bambu Penglipuran, dengan luas yang terbakar 2 ribu meter persegi. Penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa.
Baca juga: 3 Hektare Hutan Lindung di Ponorogo Terbakar, Asap Ganggu Pengguna Jalan
Ia mengatakan, peristiwa tersebut dilaporkan oleh Kepala Dusun Penglipuran Wayan Agustina kepada BPBD Bangli sekitar pukul 15.01 Wita.
Selanjutnya, BPBD mengerahkan 10 orang personel dan tiga mobil pemadam kebakaran.
Petugas mulai berupaya memadamkan api sekitar pukul 15.05 Wita. Sekitar 1 jam 40 menit kemudian atau pukul 17.35 Wita si jago merah dipadamkan.
Agus memastikan tidak ada korban jiwa atau luka dalam peristiwa kebakaran tersebut.
Ia mengimbau masyarakat setempat agar mengurangi aktivitas pembakaran di area hutan untuk mencegah peristiwa yang sama kembali terjadi.
"Berkenaan cuaca cukup terik dalam akhir-akhir ini, 0reventif di;musim kemarau untuk mencegah terjadinya Karhutla terutama di hutan Kintamani, setidaknya bisa dihimbau para petani penggarap agar mengurangi aktivitas pembakaran dilahan pertanian," katanya.
Baca juga: Karhutla di Kampar Riau, Anggota Dewan: Saya Heran Kenapa Sering Terbakar
Catatan Kompas.com, Desa Penglipuran, Bangli, memiliki hutan bambu seluas 45 hektare atau mencapai sekitar 40 persen dari total luas desa.
Hutan tersebut dilestarikan sebagai bentuk warisan dari para leluhur serta untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Masyarakat Penglipuran juga meyakini bahwa hutan bambu tersebut adalah bagian dari awal sejarah keberadaan mereka.
Secara fungsi, hutan bambu di Desa Penglipuran juga merupakan kawasan resapan air. Itulah mengapa, hutan bambu ini juga disebut sebagai hutan pelindung desa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.