DENPASAR, KOMPAS.com - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Marthinus Hukom menegaskan artis maupun masyarakat umum yang menjadi pencandu narkoba adalah korban dan harus direhabilitasi.
Oleh karena itu, Marthinus melarang anggotanya untuk menangkap pengguna narkoba, khususnya yang berprofesi sebagai artis.
"Pengguna itu dia adalah korban. Kalau ada artis yang gunakan, berarti moralnya perlu dipertanyakan. Bukan kita harus menangkap dan membawa ke pengadilan," kata dia usai menjadi pembicara dalam kuliah umum di gedung Universitas Udayana, Jimbaran, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, pada Selasa (15/7/2025).
Baca juga: Kepala BNN Ungkap Ada WN Rusia-Ukraina Jadi Partner in Crime di Bali Saat Negaranya Saling Berperang
Ia mencontohkan artis kawakan Fariz Rustam Munaf atau Fariz RM, yang sudah beberapa kali ditangkap atas kasus narkoba.
Menurutnya, penulis lagu "Sakura" itu sedianya menjalani rehabilitasi bukan diproses hukum agar tidak menjadi korban dua kali.
Baca juga: Kepala BNN Ingatkan Bali soal Ancaman Narkoba dari Negara-negara Konflik
"Contohnya seperti kasus Fariz RM, berapa kali dia menggunakan dan ditangkap? Artinya dia dalam kondisi sebagai orang yang ketergantungan. Kalau kita membawa dia ke penjara, kita menghukum dia untuk kedua kali. Maka yang harus digunakan adalah pendekatan rehabilitasi," kata dia.
Marthinus kembali menegaskan soal keputusan melarang anggotannya menangkap artis penguna narkoba bukan tanpa alasan mendasar.
Dalam kacamatanya, artis merupakan figur publik yang memiliki banyak pengemar, khususnya kalangan remaja. Ia khawatir ketika artis ditangkap dan dipublikasikan justru menjadi inspirasi bagi para pengikutnya.
"Maka ketika artis ditangkap lalu kemudian dipublikasikan berlebihan, maka persepsi publik akan terbelah di situ. Sebagian orang yang tidak memahami betul, dia akan mengatakan, jadi artis cukup menggunakan narkoba kita bisa menjadi percaya diri, bisa tampil di TV, di kamera ya, sangat lugas dan lain-lain," katanya.
"Walaupun mungkin sebagian juga mengatakan, mengutuk dia. Tapi bagaimana anak-anak kita yang melihat idolanya seorang artis lalu menangkap dan menginterpretasikan berdasarkan kemampuan, ini menjadi bahaya," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang