Kemudian benda-benda sakral itu akan diarak keliling desa dengan tujuan untuk membersihkan desa tersebut.
Upacara Melasti turut dilengkapi dengan berbagai sesaji sebagai simbol Trimurti yaitu Dewa Wisnu, Dewa Siwa, dan Dewa Brahma.
Tawur Agung merupakan upacara yang digelar umat Hindu pada satu hari sebelum perayaan Nyepi.
Tawur dalam bahasa Jawa sama dengan saur, yang memiliki arti melunasi utang.
Selain Tawur Agung, upacara ini juga disebut sebagai Pangrupukan atau Tawur Kesanga.
Pelaksanaan Tawur Agung pada saat tilem sasih kesanga atau bulan mati yang kesembilang.
Pada saat itu dilakukan upacara Bhuta Yadnya dengan memberikan sesembahan kepada Bhuta Kala di alam bawah atau bhur loka.
Selain itu juga dilakukan Pangrupukan, yaitu menyebarkan nasi tawur, mengobori rumah, dan memukul kentongan hingga gaduh.
Dalam Tawur Agung inilah Ogoh-ogoh sebagai salah satu kekayaan tradisi Bali dilangsungkan.
Ogoh-ogoh berwujud seperti waksasa dengan mata melotot dan mulut menganga.
Secara simbolis, Ogoh-ogoh merupakan manifestasi dari Bhuta Kala dan Bhuta Loka.
Ogoh-ogoh biasanya diarak keliling desa pada malam hari hingga menjelang terbit matahari.
Di akhir acara, Ogog-ogoh akan dibakar sebagai simbol Butha Kala yaitu unsur kegelapan sudah dikembalikan ke tempat semestinya.
Setelah prosesi pembakaran Ogoh-ogoh ini umat Hindu akan memulai Nyepi sebagai puncak Hari Raya Nyepi.