KOMPAS.com - Tari Rejang berasal dari Bali.
Tari Rejang biasa diselenggarakan di pura, marajan, atau sanggah pada saat penyelenggaraan upacara keagamaan.
Terdapat beberapa jenis tari Rejang, seperti Rejang Dewa, Rejang Renteng, Rejang Bengkol, Rejang Regong, Rejang Lilit, dan lain-lain.
Hingga kini, tari Rejang merupakan tari yang tergolong populer di Bali. Tarian ini sebagai sarana dalam upacara Hindu di Bali.
Tari Rejang adalah tari tradisioanl yang memiliki gerak sederhana yang dilakukan oleh para wanita dengan cara berbaris dan melingkar.
Tari Rejang merupakan tari tradisi yang diwariskan secara turun temurun dan berkaitan dengan upacara-upacara kegamaan Hindu di Bali.
Kesederhanaan tari Rejang menjadikan tarian ini tidak mementingkan aspek visual melainkan olah rasa sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Baca juga: Nusa Penida Festival Bakal Tampilkan 1.000 Penari Tari Rejang Renteng
Diperkirakan, tari Rejang muncul pada masa Bali kuno. Hal ini mengingat, gerak tari Rejang yang sangat sederhana, sepertihalnya tari Baris.
Tari Rejang klasik umumnya memiliki fungsi sebagai sarana upacara dalam rangkaian upacara piodalan (dewa Yadnya).
Karena dalam agama Hindu untuk menghubungkan diri dengan Tuhan banyak mengunakan simbol-simbol, seperti tulisan aksara suci, berkesenian (tari), dan lain sebagainya.
Tari Rejang dapat ditampilkan oleh penari putra atau putri yang diiringi tabuh gegaboran.
Meskipun umumnya, tari Rejang ditampilkan oleh penari putri, namun dalam beberapa jenis tari Rejang ditarikan oleh penari putra yang dikenal dengan konsep Rejang Muani.
Hal ini menandakan konsep persembahan yang dilakukan dengan sebuah tari Rejang tidak terbatas pada status penari putri atau putra.
Pakaian tari Rajeng tidak jauh berbeda dengan pakaian yang digunakan untuk sembahyang.
Baca juga: Tari Pendet: Asal, Sejarah, dan Gerakan
Laki-laki menggunakan destar, baju, umpal, atau ambed, dan kain. Sedangkan, perempuan menggunakan bunga emas atau bunga segar di rambutnya, kebaya, sesenteng, dan kain.