BULELENG, KOMPAS.com - Ratusan siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, tidak bisa membaca dengan lancar.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengungkapkan sejumlah penyebab para siswa tidak bisa atau tidak lancar membaca.
Di antaranya kurangnya motivasi, pembelajaran tidak tuntas, disleksia, disabilitas, dan kurangnya dukungan keluarga.
Kemudian, ada juga faktor eksternal lainnya, yakni efek jangka panjang pembelajaran jarak jauh (PJJ), kesenjangan literasi dari jenjang sekolah dasar (SD).
Ada juga pemahaman keliru tentang kurikulum merdeka, kekhawatiran tenaga pendidik, hingga dampak lingkungan dan keluarga yang menyebabkan psikologis siswa terganggu.
"Misalnya siswa memiliki trauma di masa kecil akibat kekerasan rumah tangga, perceraian, atau kehilangan anggota keluarga. Atau korban perundungan," kata Ariadi, Rabu (16/4/2025).
Baca juga: 400 Siswa SMP di Buleleng Bali Belum Bisa Baca, Dewan Pendidikan Buka Suara
Sementara itu, menurut Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng, I Made Sedana, kecenderungan bermain media sosial turut menyumbang penyebab siswa tidak lancar membaca.
Faktor yang paling dominan ialah soal motivasi belajar para siswa yang rendah.
Sementara anak-anak atau para siswa sekarang lebih senang bermedia sosial atau bermain game yang justru tidak mengedukasi.
"Dan yang lainnya itu mungkin kurikulum. Juga masuk ada di dalamnya faktor media sosial," ungkapnya.
Baca juga: Ratusan Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Baca, DPRD Desak Pemkab Cari Solusi
Ia melanjutkan, kebiasaan siswa bermain media sosial sangat memengaruhi tingkat pembelajaran.
"Karena ada anak-anak yang lancar baca, tapi disuruh nulis dia tidak bisa. Waktu saya sodorkan handphone untuk mengetik lancar sekali itu, berarti ada budaya menulis yang hilang di kalangan anak muda," jelasnya.
Selain itu, juga disebabkan motivasi belajar yang rendah.
"Lalu peran orangtua yang tidak memperhatikan anaknya untuk belajar, dan faktor disleksia gangguan pada neuron anak," tambah dia.
Baca juga: Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Baca, Pemkab Buleleng Cari Bantuan Pihak Ketiga
Untuk diketahui, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng mengungkapkan, ada 363 siswa SMP di Buleleng dengan kemampuan membaca rendah.
Rinciannya, sebanyak 155 siswa masuk dalam kategori Tidak Bisa Membaca (TBM) dan 208 siswa masuk katagori Tidak Lancar Membaca (TLM).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang