Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

500.000 Ekor Babi di Bali Diperkirakan Mati Akibat Demam Afrika, Peternak Merugi Rp 2 Triliun Lebih

Kompas.com, 9 Mei 2025, 18:13 WIB
Hasan,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

BULELENG, KOMPAS.com - Ratusan ribu babi diperkirakan mati dalam enam tahun terakhir akibat penyakit yang disebut Demam Babi Afrika atau African swine fever (ASF).

Hal itu menyebabkan kerugian besar bagi para peternak di beberapa wilayah terutama di Bali.

Wakil Ketua DPRD Bali Ida Gede Komang Kresna Budi mensinyalir akibat ASF peternak babi di Bali mengalamai kerugian sebesar Rp 2 trilun lebih.

Kata dia, data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, ada sebanyak 266 ribu babi mati akibat serangan ASF sejak tahun 2019.

Namun ia mengestimasi jumlah riil jauh lebih tinggi dari data tersebut.

Mengingat banyak peternak lebih memilih tidak melaporkan kematian ternak babinya.

"Kami mengestimasi angkanya jauh lebih tinggi. Karena dari jutaan populasi, saat itu tiba-tiba seperti tidak ada babi. Sekitar 500 ribu ekor babi mati sejak tahun 2019," kata Komang usai memantau pengiriman babi di Pelabuhan Celukan Bawang, Buleleng, Jumat (9/5/2025).

Baca juga: Penyelundupan 2,9 Ton Daging Babi Celeng dari Lampung Digagalkan di Pelabuhan Merak

"Dengan estimasi per ekor Rp 4 juta, maka jika ditotal kerugian peternak mencapai Rp 2 triliun lebih, " lanjut dia.

Ia menyatakan, babi dan ternak lainnya sangat rentan terhadap serangan penyakit terutama yang bersumber dari virus semacam ASF.

Peternak pun dihantui dengan virus tersebut.

Karena itu ia berharap semua pihak harus lebih berhati-hati dalam mengelola sistem dan mata rantainya terutama saat melakukan pengiriman ternak ke luar daerah.

"Hasil kajian menyebut pengiriman ternak melalui pelabuhan laut atau port to port jauh lebih aman terutama untuk pencegahan dan penyebaran ASF. Salah satu penyebab penyebaran ASF terbanyak diketahui melalui alat angkut," ucapnya.

Baca juga: Kronologi Pasutri Diseruduk Babi Hutan saat Asyik Mandi Bareng, Kejadian di Jember

Menurutnya, jika melalui darat, alat angkut ternak berlalu lalang melintasi daerah yang bisa saja ditempat itu terjangkit ASF Sehingga kemungkinan penyebaran virus tersebut sangat besar.

"Minggu ini kami dikejutkan dengan berita ada masalah babi diangkut melalui darat. Pengiriman babi melalui darat bisa bermasalah akibat kurangnya sensitifitas dan tidak berpikir soal resiko," imbuhnya.

Untuk mengurangi faktor resiko, DPRD Bali akan memberikan rekomendasi kepada Gubernur Bali agar pengiriman ternak dari Bali dilakukan melalui jalur pelabuhan atau port to port.

"Bayangkan dari Gilimanuk ke Pulau Jawa terus ke Kalimantan, ini kan seperti membawa jalan-jalan virus. Kenapa kok tidak dipangkas melalui pelabuhan ke pelabuhan tujuan, dan cara ini relatif paling aman," ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Jika TPA Suwung Ditutup, Warga Denpasar Berharap Ada Mesin Pengolah Sampah di Setiap Desa
Jika TPA Suwung Ditutup, Warga Denpasar Berharap Ada Mesin Pengolah Sampah di Setiap Desa
Denpasar
Proyeknya di Bali Ditutup oleh Pansus TRAP, Jimbaran Hijau: Kami Menunggu Dipanggil
Proyeknya di Bali Ditutup oleh Pansus TRAP, Jimbaran Hijau: Kami Menunggu Dipanggil
Denpasar
Proyek di Jimbaran Hijau Dihentikan, Satpol PP Pasang Police Line
Proyek di Jimbaran Hijau Dihentikan, Satpol PP Pasang Police Line
Denpasar
Pansus TRAP DPRD Bali Tutup Sementara Proyek Jimbaran Hijau
Pansus TRAP DPRD Bali Tutup Sementara Proyek Jimbaran Hijau
Denpasar
Soal Bangunan Nuanu yang Disebut Melanggar, Satpol PP Bali: Secara Prinsip Tidak Masalah
Soal Bangunan Nuanu yang Disebut Melanggar, Satpol PP Bali: Secara Prinsip Tidak Masalah
Denpasar
Buat Konten Pakai Mobil Pikap di Bali, Bintang Porno asal Inggris Dijatuhi Pidana Denda Rp 200.000
Buat Konten Pakai Mobil Pikap di Bali, Bintang Porno asal Inggris Dijatuhi Pidana Denda Rp 200.000
Denpasar
Bangunan Investor di Taman Nasional Bali Barat Disegel
Bangunan Investor di Taman Nasional Bali Barat Disegel
Denpasar
Banjir Terjang Karangasem Bali, Puluhan Rumah Warga Terdampak
Banjir Terjang Karangasem Bali, Puluhan Rumah Warga Terdampak
Denpasar
Pansus TRAP Bakal Cek Kembali Nuanu Creative City meski Izin Disebut Lengkap
Pansus TRAP Bakal Cek Kembali Nuanu Creative City meski Izin Disebut Lengkap
Denpasar
Rombongan Pelajar Jepang Curi 40 Baju di Ubud Bali, Aksinya Terekam CCTV
Rombongan Pelajar Jepang Curi 40 Baju di Ubud Bali, Aksinya Terekam CCTV
Denpasar
Lift Kaca di Nusa Penida Belum Dibongkar, Sudah 3 Minggu Sejak Perintah Pembongkaran
Lift Kaca di Nusa Penida Belum Dibongkar, Sudah 3 Minggu Sejak Perintah Pembongkaran
Denpasar
Bintang Porno Asal Inggris Tak Ditahan Meski Langgar Izin Tinggal, Ini Alasan Imigrasi
Bintang Porno Asal Inggris Tak Ditahan Meski Langgar Izin Tinggal, Ini Alasan Imigrasi
Denpasar
Bintang Porno asal Inggris Lenggak-lenggok sambil Isap Lolipop saat Diperiksa Imigrasi
Bintang Porno asal Inggris Lenggak-lenggok sambil Isap Lolipop saat Diperiksa Imigrasi
Denpasar
Bintang Porno Asal Inggris dan 3 Pria WNA Bakal Dideportasi dan Dicekal 10 Tahun
Bintang Porno Asal Inggris dan 3 Pria WNA Bakal Dideportasi dan Dicekal 10 Tahun
Denpasar
Tak Ditemukan Unsur Pornografi, Bintang Porno Dijerat UU Lalu Lintas
Tak Ditemukan Unsur Pornografi, Bintang Porno Dijerat UU Lalu Lintas
Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau