Namun, mengenakan pelampung di tengah laut bukanlah hal yang mudah.
“Saya baru bisa pakai pelampung setelah berani menyelam sebentar. Saya ikat sendiri pelampungnya, lalu bersandar, istirahat. Saya benar-benar pasrah waktu itu,” kata dia.
Setelah mengenakan pelampung, Imron mendekati perahu karet penyelamat yang belum sepenuhnya mengembang.
Ia memegang sisi perahu dan tidak sengaja tertarik hingga berada di atas permukaannya.
Baca juga: Pilu Anak Korban KMP Tunu Pratama Jaya: Ayah Jangan Pergi
"Di situ saya mulai merasa ada harapan. Ada sekitar 16 orang di perahu karet itu, satu perempuan, sisanya laki-laki. Kami bertahan di atas perahu sampai pagi," katanya.
Selama berjam-jam, mereka terombang-ambing di tengah laut.
Ombak besar terus menghantam perahu yang dinaiki Imron dan penumpang lain.
"Saya teriak-teriak minta tolong, baca doa terus. Sempat berpikir, selamat dari kapal tenggelam tapi tidak selamat dari ombak. Kalau sampai digulung ombak, bisa habis semua," ujarnya.
Akhirnya, sekitar pukul 05.30 Wita, perahu karet mereka ditemukan dan ditarik oleh nelayan.
Imron dan belasan penumpang selamat tersebut dievakuasi ke Pantai Pebuahan di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang