Sekolah ini bahkan harus menumpang ke sekolah lain untuk menyelenggarakan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).
Pihak sekolah telah melakukan berbagai upaya untuk menarik minat pendaftaran.
Mulai dari promosi di media sosial hingga mengadakan kegiatan tambahan seperti pelajaran bahasa Inggris dan lomba-lomba untuk siswa.
"Promosi di media sosial sudah sering kami lakukan. Kemarin juga sempat kerja sama dengan yayasan mengadakan pelajaran bahasa Inggris untuk anak kelas III sampai VI, ada juga lomba yang dilakukan di sini," kata dia.
Ia menyebut, minimnya jumlah siswa berdampak langsung pada besaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diterima.
SD Negeri 4 Sambirenteng hanya memperoleh dana BOS sekitar Rp 40 juta per tahun.
Dari jumlah tersebut, sekitar 20 persen harus dialokasikan untuk honor guru non-ASN.
Keterbatasan dana membuat para guru harus urunan untuk mendanai berbagai kebutuhan sekolah, termasuk kegiatan keagamaan dan perpisahan siswa.
"Total di sini ada sembilan guru, yakni guru agama, guru olahraga, lima guru kelas, satu guru PPPK dan satu tenaga honorer," ungkapnya.
"Kalau Hari Raya Saraswati, acara perpisahan, upacara Pecaruan kami talangi sama-sama. Kebutuhan siswa juga ditalangi," tutup Suasmini.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang