DENPASAR, KOMPAS.com – Pasca banjir bandang yang melanda Bali, Rabu (10/9/2025) lalu, Gubernur Bali I Wayan Koster, berencana melakukan normalisasi Tukad Badung, Tukad Unda, dan sungai lainnya.
Dalam merealisasikan rencana itu, Koster meminta bantuan anggaran ke Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno. Koster menemui Pratikno pada Senin (15/9/2025) kemarin.
"Pertemuan dengan Menko PMK, kami membahas bantuan anggaran untuk normalisasi Tukad Badung, Tukad Unda, dan Tukad lain di Bali pasca bencana banjir," kata Koster dalam keterangan resminya, Selasa (16/9/2025).
Baca juga: KLH: Tak Tepat Sebut Banjir di Bali Dipicu Alih Fungsi Lahan Saja
Koster mengaku Menko Pratikno sangat mendukung dan akan merancang program pencegahan. Dengan begitu, ke depan, risiko akibat banjir besar dapat dikelola dengan baik.
Hanya saja, tak disebutkan berapa jumlah anggaran yang diperlukan untuk normalisasi semua sungai itu.
Sebagaimana data yang dilaporkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, per Minggu (14/9/2025), ada sebanyak 248 titik banjir di seluruh Bali. Terbanyak adalah di Kota Denpasar, yakni 81 titik.
Lalu, 63 titik di Kabupaten Jembrana, 55 titik di Kabupaten Badung, 28 titik di Kabupaten Tabanan, 15 titik di Kabupaten Gianyar, serta 6 titik di Kabupaten Karangasem.
Baca juga: Alih Fungsi Lahan Disebut Jadi Penyebab Banjir di Bali, Ini Kata Kementerian ATR
Banjir bandang juga menyebabkan terjadinya tanah longsor di 91 titik. Paling banyak di Kabupaten Tabanan, yakni mencapai 44 titik.
Sementara jembatan jebol atau putus, rusak di tiga titik, di antaranya Kabupaten Gianyar, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Badung. Lalu, jalan rusak di tujuh titik, yakni di Kabupaten Badung, Bangli, dan Karangasem.
Sebelumnya, Menteri Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung kini hanya menyisakan 1.500 hektar tutupan hutan dari total 49.500 hektar atau sekitar tiga persen.
Seharusnya, secara ekologis, minimal harus ada 30 persen tutupan pohon untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Baca juga: Masa Tanggap Darurat Banjir Bali Berakhir 17 September, 4 Korban Belum Ditemukan
“DAS Ayung ini sangat vital karena di bawahnya terdapat Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan. Jika hanya tersisa 3 persen, jelas kapasitasnya untuk menahan curah hujan ekstrem sangat rendah,” ujar Hanif.
Dia juga mengakui bahwa sejak 2015 hingga 2024, Bali telah kehilangan 459 hektar hutan akibat konversi menjadi lahan non-hutan. Angka ini, menurut dia, relatif kecil dibanding provinsi lain.
Namun, menjadi sangat signifikan untuk Bali karena dampaknya langsung terasa terhadap daya dukung lingkungan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang