Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nestapa Bocah SD di Badung, Diserang Monyet Saat Berangkat ke Sekolah, Kesulitan Dapat Vaksin Anti-rabies

Kompas.com, 14 Mei 2022, 13:42 WIB
Yohanes Valdi Seriang Ginta,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BADUNG, KOMPAS.com-  Kakak beradik, A (12) dan B (10) yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) diserang monyet di kawasan Perumahan Puri Gading, Jimbaran, Badung, Bali.

Kejadian tersebut terjadi saat keduanya hendak berangkat ke sekolah pada Jumat (13/5/2022) sekitar pukul 07.00 Wita.

Baca juga: Mengaku Anggota Taruna Akmil di Bali, Seorang Pria di Sikka Ditangkap

Kesulitan cari Vaksin Anti-rabies

JT (29), selaku kakak korban mengatakan, akibat kejadian tersebut kedua adiknya mengalami luka cakar di beberapa bagian tubuh.

"Adik saya dua, yang satu perempuan dan satunya laki-laki. Keduanya kena cakar dan gigit. Yang parah itu adik laki-laki digigit sampai ada luka robek," kata JT, Sabtu (14/5/2022).

Ia mengaku sempat pontang-panting mencari fasilitas kesehatan (Faskes) milik pemerintah yang menyediakan vaksin anti rabies (VAR) agar segara diberikan ke kedua adiknya tersebut.

"Kami larikan ke RS Udayana (Jimbaran) ternyata vaksinnya habis. Sampai saya minta info ke RSUP Sanglah (Denpasar), di sana juga habis," katanya.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 13 Mei 2022

Ke RS swasta

Dalam keadaan panik dan keterbatasan informasi terkait keberadaan VAR di wilayah Badung, JT bersama orang tuanya kemudian melarikan kedua korban ke RS Swasta agar segera mendapat tindakan.

Namun mereka harus rela mengeluarkan biaya untuk vaksin yang bisa didapatkan dengan gratis di faskes milik pemerintah.

"Kami ke klinik berbayar untuk dua anak itu Rp 2,8 juta. Biasanya kan gratis dan ini tidak sekali dan masih berlanjut 3 kali vaksin," katanya.

Baca juga: 5 Orang Suspek Rabies Meninggal di Buleleng Selama 4 Bulan Terakhir

JT kemudian berinisiatif untuk mengunggah kejadian yang menimpa kedua adiknya itu ke media sosial hingga mendapat perhatian dari warganet.

Dia sengaja mengangkat kejadian tersebut di media sosial agar kelangkaan VAR di faskes milik pemerintah segara ditangani.

Paling penting, lanjutnya, monyet yang diduga hewan peliharaan yang telah menyerang keduanya adiknya segara dikandangkan.

Apalagi di hari yang sama, JT mendengar anak dari tetangganya juga diserang oleh monyet tersebut.

"Biar monyetnya cepat ketangkap dan enggak ada korban lagi karena banyak anak-anak di perumahan saya," katanya.

Baca juga: Pria di Jember Kabur ke Bali Setelah Perkosa Anak Usia 13 Tahun

Penjelasan Kadinkes Bali

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Bali I Nyoman Gede Anom membenarkan terkait kelangkaan stok vaksin di beberapa Faskes milik pemerintah di wilayah Badung.

"Di Badung ya masih kosong. Kalau ada koordinasi ke kami masih bisa kita (atasi) , kita ada stok tapi enggak ada laporan ke kita," Anom saat ditemui di Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung.

Anom mengatakan faskes swasta yang masih memiliki stok VAR karena diperoleh dengan cara membeli. Sehingga mereka mematok harga sekitar Rp 500.000 per dosis.

"Itu pihak swasta. Kalau kita gratis. Kalau di negeri drop dari Kemenkes. Kalau swasta ada yang membeli sendiri dan itu mahal, sekali suntik Rp 500 ribuan. Dan harus empat kali suntik," katanya.

Baca juga: Pecalang, Petugas Keamanan Tradisional yang Disebut Polisi Adat Bali

Ia meminta masyarakat yang terkena gigitan hewan penular rabies (HPR) segera ke Puskesmas terdekat lebih dahulu agar lekas mendapat pertolongan.

"Mohon disampaikan ke masyarakat kalau ada kena gigit hewan pertama ke puskesmas dulu," katanya.

Kasubag Tata Usaha BKSDA Bali, Prawono Meruanto mengatakan, pihaknya belum mendapat laporan terkait kejadian monyet yang menyerang kedua siswa SD tersebut.

Namun, dia memastikan akan segara meminta petugas turun ke lokasi untuk mengecek keberadaan monyet tersebut.

"Saya akan segera mungkin minta teman-teman (petugas) merapat ke seputaran jimbaran untuk mengecek keberadaan monyet tersebut," kata dia melalui pesan suara Whatsapp pada Sabtu.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Jika TPA Suwung Ditutup, Warga Denpasar Berharap Ada Mesin Pengolah Sampah di Setiap Desa
Jika TPA Suwung Ditutup, Warga Denpasar Berharap Ada Mesin Pengolah Sampah di Setiap Desa
Denpasar
Proyeknya di Bali Ditutup oleh Pansus TRAP, Jimbaran Hijau: Kami Menunggu Dipanggil
Proyeknya di Bali Ditutup oleh Pansus TRAP, Jimbaran Hijau: Kami Menunggu Dipanggil
Denpasar
Proyek di Jimbaran Hijau Dihentikan, Satpol PP Pasang Police Line
Proyek di Jimbaran Hijau Dihentikan, Satpol PP Pasang Police Line
Denpasar
Pansus TRAP DPRD Bali Tutup Sementara Proyek Jimbaran Hijau
Pansus TRAP DPRD Bali Tutup Sementara Proyek Jimbaran Hijau
Denpasar
Soal Bangunan Nuanu yang Disebut Melanggar, Satpol PP Bali: Secara Prinsip Tidak Masalah
Soal Bangunan Nuanu yang Disebut Melanggar, Satpol PP Bali: Secara Prinsip Tidak Masalah
Denpasar
Buat Konten Pakai Mobil Pikap di Bali, Bintang Porno asal Inggris Dijatuhi Pidana Denda Rp 200.000
Buat Konten Pakai Mobil Pikap di Bali, Bintang Porno asal Inggris Dijatuhi Pidana Denda Rp 200.000
Denpasar
Bangunan Investor di Taman Nasional Bali Barat Disegel
Bangunan Investor di Taman Nasional Bali Barat Disegel
Denpasar
Banjir Terjang Karangasem Bali, Puluhan Rumah Warga Terdampak
Banjir Terjang Karangasem Bali, Puluhan Rumah Warga Terdampak
Denpasar
Pansus TRAP Bakal Cek Kembali Nuanu Creative City meski Izin Disebut Lengkap
Pansus TRAP Bakal Cek Kembali Nuanu Creative City meski Izin Disebut Lengkap
Denpasar
Rombongan Pelajar Jepang Curi 40 Baju di Ubud Bali, Aksinya Terekam CCTV
Rombongan Pelajar Jepang Curi 40 Baju di Ubud Bali, Aksinya Terekam CCTV
Denpasar
Lift Kaca di Nusa Penida Belum Dibongkar, Sudah 3 Minggu Sejak Perintah Pembongkaran
Lift Kaca di Nusa Penida Belum Dibongkar, Sudah 3 Minggu Sejak Perintah Pembongkaran
Denpasar
Bintang Porno Asal Inggris Tak Ditahan Meski Langgar Izin Tinggal, Ini Alasan Imigrasi
Bintang Porno Asal Inggris Tak Ditahan Meski Langgar Izin Tinggal, Ini Alasan Imigrasi
Denpasar
Bintang Porno asal Inggris Lenggak-lenggok sambil Isap Lolipop saat Diperiksa Imigrasi
Bintang Porno asal Inggris Lenggak-lenggok sambil Isap Lolipop saat Diperiksa Imigrasi
Denpasar
Bintang Porno Asal Inggris dan 3 Pria WNA Bakal Dideportasi dan Dicekal 10 Tahun
Bintang Porno Asal Inggris dan 3 Pria WNA Bakal Dideportasi dan Dicekal 10 Tahun
Denpasar
Tak Ditemukan Unsur Pornografi, Bintang Porno Dijerat UU Lalu Lintas
Tak Ditemukan Unsur Pornografi, Bintang Porno Dijerat UU Lalu Lintas
Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau