Merujuk pada peristiwa itu, mengindikasikan teks Calonarang di Jawa ditulis pada saat setelah terjadinya pembagian kerejaan itu.
Teks ditulis sebagai penggambaran dari konflik yang terjadi pada saat itu.
Teks mulai dipentaskan dalam bentuk drama tercatat dalam sebuah prasasti.
Baca juga: Happy Salma dan Nicholas Saputra Kenalkan Tradisi Bali Lewat Teater Sudamala: Dari Epilog Calonarang
Adalah, prasasti Jaha, tahun 840 Masehi, yang ditemukan di Jawa Tengah dan dikeluarkan oleh Raja Sri Lokapala, pemegang daerah Kuti.
Dalam prasasti Jaha menyebutkan beberapa jenis pertunjukan, salah satunya adalah dramatari Calonarang yang disebut Haluwarak.
Merujuk pada lontar Ularan Prasraya, masa keemasan pementasan Calonarang di Bali pada masa Gelgel (1460-1550).
Raja Gelgel, Dalem Waturenggong menyerang Blambangan, dan berhasil menaklukan wilayah itu.
Kemudian, armada gelgel berhasil merampas sejumlah barang kesenian, topeng, teks Calonarang, dan beberapa gubahan yang sering dipentaskan.
Disebutkan seorang ibu yang dipanggil Calonarang, ia dikisahkan sebagai seorang yang sakti mandraguna
Calonarang memiliki nama asli Dayu Datu dari Desa Girah, desa dipesisir wilayah Kerajaan Kediri.
Calonarang berstatus janda sehingga disebut Rangda Nateng Girah, Randa artinya janda dan nateng berarti penguasa.
Randa Nateng Rirah berarti janda penguasa Desa Girah. Dalam mitologi Bali, Rangda adalah ratu para leak.
Baca juga: Balawan Ingin Main Film tentang Leak
Calonarang memiliki anak perempuan yang bernama Ratna Manggali. Namun, tidak ada satupun laki-laki yang melamar putrinya. Para pemuda itu curiga, Ratna Manggali akan mewarisi ilmu leak ibunya.
Karena itu, Calonarang membalas dendam dengan menculik gadis muda untuk dikorbankann kepada Dewi Durga.
Upaya lainnya, Calonarang juga menyebarkan penyakit kepada masyarakat Kahuripan yang menyebabakan banyak masyarakat yang meninggal.