BULELENG, KOMPAS.com - Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, mengelola hingga 3 ton sampah setiap hari. Sebagian dari sampah itu dikelola menjadi pupuk kompos.
"Hampir 3 ton per hari kami angkut sampah dari masyarakat desa. Bahkan, saat hari raya besar keagamaan bisa mencapai 7 ton lebih," ujar Ketua BUMDes Bondalem, Ketut Partayasa, Jumat (9/12/2022).
Ratusan kilogram sampah itu dipilah antara yang organik dan anorganik. Limbah sampah organik kemudian diolah menjadi pupuk kompos.
Baca juga: Bantu Ayah Korupsi, Anak Eks Sekda Buleleng Dituntut 7 Penjara
Sampah organik itu diproses ke mesin penyacah terlebih dahulu. Kemudian, difermentasi minimal selama seminggu dengan campuran kotoran sapi dan cairan C4. Lalu, diayak dan dikemas menjadi pupuk.
"Kalau lebih bagus kualitasnya bisa lebih dari seminggu fermentasinya. Namun, hal itu tergantung kondisi cuaca juga karena dalam proses fermentasi itu dibutuhkan kelembapan dalam prosesnya agar lebih maksimal," ujarnya.
Baca juga: Dampak Kelangkaan Solar di Buleleng, Pengambilan Sampah di TPS Terhambat
Dengan memanfaatkan sampah organik, pihaknya mampu menghasilkan hingga lebih dari 1 ton pupuk dalam sebulan. Pupuk itu dijual Rp 800 per kilogram.
Sebagai contoh awal, Pemerintah Desa membeli langsung pupuk kompos itu sebanyak 40 ton untuk dibagikan secara cuma-cuma kepada petani desa.
Pihaknya akan bekerja sama dengan desa-desa tetangga dalam pembuatan pupuk untuk pengadaan bahan baku pupuk seperti kotoran sapi.
Sementara itu, Kepala Desa Bondalem Gede Arya mengatakan, sampah anorganik yang dikelola TPST akan dimanfaatkan menjadi bahan baku campuran aspal.
"Kami masih mengkaji dengan dinas terkait untuk pemanfaatan sampah plastik ini sebagai bahan campuran aspal. Agar memanfaatkan sampah plastik yang selama ini terbuang percuma," jelasnya.
Adapun TPST ini dimulai sejak tahun 2018 dengan penyertaan modal dari Pemdes melalui alokasi dana desa (ADD) sebesar Rp 720 juta untuk operasional dan tenaga kerja.
Menurut dia, keberadaan TPST ini ditujukan untuk menangani sampah yang masih menjadi masalah serius, terutama dalam memelihara kelestarian dan kesehatan lingkungan.
"Sampah yang berserakan dapat mencemarkan lingkungan. Namun, jika dimanfaatkan, akan memiliki nilai ekonomi dan nilai guna," katanya.
Baca juga: Cabuli Cucu, Pensiunan PNS Berumur 70 Tahun di Buleleng Dipenjara
Ia menyebutkan, keberadaan TPST ini mendapat respons positif dari masyarakat. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 400 kepala keluarga (KK) yang menjadi pelanggan TPST.
Masyarakat diberi kemudahan dalam pembuangan sampah. Petugas TPST akan mengambil sampah dari rumah-rumah pelanggan dua hari sekali.
“Saya harapkan ke depan akan lebih banyak lagi masyarakat akan menjadi pelanggan TPST sehingga sampah bisa terkumpul di satu tempat untuk dapat dipilah sesuai peruntukannya,” tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.