KOMPAS.com - Seorang warga negara asing (WNA) melakukan aksi pose telanjang saat mendaki di puncak Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.
WNA itu bersama 8 orang temannya diduga mendaki secara mandiri atau tanpa pemandu lokal melalui jalur Pura Besakih pada Sabtu (18/3/2023) pagi.
Foto WNA ketika berpose telanjang dengan menurunkan celana itu pun viral di media sosial.
Dalam foto memperlihatkan, WNA berkepala plontos itu membelakangi kamera dan menghadap ke kawah gunung.
Baca juga: Viral Foto WNA Telanjang di Gunung Agung Bali, Diduga Mendaki secara Ilegal
Koordinator Pendaki Gunung Agung Jalur Pasar Agung, I Wayan Widi Yasa menduga, para WNA itu berani mendaki Gunung Agung tanpa didampingi pemandu lokal karena dipandu oleh teman satu negara yang menjadi pemandu ilegal.
WNA itu mendaki pada dini hari dan tak mendaftar ke pos penjagaan demi menghindari pembayaran administrasi.
Adapun untuk pendakian, pihak desa adat memungut Rp 50.000 per wisatawan mancanegara.
"Biasanya pendakian itu malam dari Besakih jam 10 atau 11 malam. Jadi ketika mereka mendaki pagi hari yang notabene di Besakih tidak ada penjaga," katanya saat dikonfirmasi, Selasa.
"Artinya, mereka berusaha menghindari penjagaan agar tidak kena biaya administrasi," imbuh dia.
Widi mengaku sempat menegur salah satu pemandu ilegal yang berasal dari Rusia dalam bahasa Inggris.
WN Rusia itu pura-pura tidak mengerti bahasa Inggris sehingga Widi pasrah.
"Pengalaman kami di lapangan itu WNA Rusia, yang menjadi leader-nya itu bahkan jadi guide. Mereka jadi guide dari temannya," katanya.
Pihaknya pun menyayangkan perilaku WNA yang menjadi pemandu ilegal di Bali.
Baca juga: Wagub Bali Sebut Ada WNA Bikin Kampung Eksklusif di Ubud
Menurut dia, perilaku pemandu ilegal itu melanggar aturan asosiasi yang mewajibkan pemandu pendakian adalah orang lokal.
Hal ini juga membahayakan keselamatan pendaki dan melecehkan nilai kesucian gunung Agung.
Widi berharap pemerintah dapat menindak WNA yang menjadi pemandu ilegal.
"WNA-WNA nakal seperti ini memang harus diberi efek jera. Yang bisa memberikan efek jera kan dari pemerintah seperti polisi atau imigrasi, yang bisa mendeportasi atau bagaimana," kata dia.
Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Bali, Hasan | Editor Andi Hartik)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.