Editor
Baru pada 2018 Tradisi Ngerebong atau Ngerebong Kesiman telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Desa Adat Kesiman, Kota Denpasar.
Dilansir dari laman Desa Kesiman, Tradisi Ngerebong dilaksanakan setiap 6 bulan sekali sesuai dengan penanggalan Bali.
Jatuhnya waktu pelaksanaan Pelaksanaan Tradisi Ngerebong yaitu setiap delapan hari setelah Hari Raya Kuningan atau tepatnya pada Redite Pon Medangsia.
Diketahui terdapat beberapa rangkaian yang wajib dilaksanakan sehubungan dengan Tradisi Ngerebong, yaitu Ngerebek yang dilaksanakan pada Umanis Galungan, dilanjutkan dengan Pamendakan Agung pada Paing Kuningan, dan terakhir adalah Ngerebong.
Dilansir dari laman Kemendikbud, pelaksanaan Tradisi Ngerebong terdiri dari dua prosesi, yaitu pelaksanaan prosesi Pengider Bhuana I yang menggunakan simbol Barong, Rangda, dan penari keris.
Dalam prosesi ini diselenggarakan tabuh rah dalam berperang sata (sabung ayam) sebanyak tiga kali.
Selanjutnya dalam prosesi Pengider Bhuana II yang khusus dilakukan oleh para pemangku dengan menggunakan lambang Cakra dan Sabuk Poleng yang panjangnya sekitar 8 meter.
Kedua rangkaian prosesi dilakukan mengelilingi Bale Wantilan sebagai wujud Bhuwana Agung ke arah kiri dengan makna pembersihan keletehan (cemer) yang mengancam keselamatan umat manusia, khususnya masyarakat Desa Kesiman.
Tradisi Ngerebong bertujuan untuk menyeimbangkan dua kekuatan yang bersifat bertentangan (rwa bhineda) yang terdapat di alam semesta, khususnya di Desa Pakraman Kesiman.
Tradisi Ngerebong juga memiliki beberapa fungsi serta makna yang dipercaya oleh masyarakat.
Adapun fungsi Upacara Ngerebong antara lain untuk menghubungkan diri serta tanda ucapan terima kasih kepada Tuhan Hyang Maha Esa dan roh suci leluhur, sebagai sarana penyucian mikrokosmos dan makrokosmos, dan sebagai sarana integrasi sosial bermasyarakat.
Sementara Upacara Ngerebong juga memiliki beberapa makna, antara lain makna religi, makna kesetiakawanan dan kebersamaan, serta makna keseimbangan atau keharmonisan.
Makna religi yang dapat dilihat pada masyarakat Desa Pakraman Kesiman dalam melaksanakan Upacara Ngerebong.
Makna kesetiakawanan dan kebersamaan yang dapat dilihat dalam pelaksanaan upacara.
Makna keseimbangan atau keharmonisan adalah untuk mengingatkan umat Hindu melalui media ritual sakral untuk memelihara keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan sesama umat manusia, dan antara manusia dengan alam lingkungannya (Tri Hita Karana).
Sumber:
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
kesimanpetilan.denpasarkota.go.id
bali.tribunnews.com