Editor
Setelah menetap, mereka pun mulai membangun sistem kekerabatan dan desa nelayan yang terus bertahan hingga saat ini.
Sejak dulu, menjadi nelayan dengan kesehariannya mencari dan menangkap ikan di laut merupakan mata pencaharian utama dari masyarakat Lamalera.
Keahlian sebagai nelayan juga diwariskan oleh leluhur, dan sudah diturunkan lebih dari 500 tahun yang lalu.
Salah satuciri khas sebagai nelayan Lamalera yang membuatnya berbeda dari nelayan lain yaitu mereka mengkhususkan diri menangkap ikan yang besar terutama paus.
Selain itu, nelayan Lamalera tidak menangkap paus begitu saja namun terikat oleh aturan adat tertentu.
Mulai dari tata cara pembuatan perahu untuk menangkap ikan paus, menyimpan alat-alat, proses berburu hingga, pembagian hasil tangkapan memiliki aturan tersendiri
Dilansir dari laman Kompas.id, Daya Desa Lamalera A Alexander Muko Keraf menjelaskan bahwa perburuan paus yang dilakukan nelayan Lamalera kerap dibenturkan dengan masalah konservasi.
Hal ini karena paus sperma masuk daftar satwa berstatus rentan menurut Daftar Merah IUCN 2018, artinya populasinya di alam menurun.
Namun, ia menegaskan bahwa perburuan paus di Lamalera dilakukan secara tradisional dan bukan untuk kepentingan industri.
Nelayan di Lamalera juga tidak menangkap paus biru, melainkan lebih sering memburu paus sperma (Physeter macrocephalus) atau dikenal penduduk lokal sebagai koteklema yang melintasi perairan selatan Lembata.
Alexander juga berpendapat bahwa tradisi berburu paus ibarat akar bagi budaya Lamalera yang mewariskan nilai-nilai luhur, seperti gotong royong, kerja keras, dan peduli terhadap sesama.
Lebih lanjut, hal ini juga terkait dengan sistem barter yang masih dijalankan masyarakat Lamalera, dengan menukarkan daging paus, lumba-lumba, dan pari manta yang sudah dikeringkan.
Sumber:
ntt.bpk.go.id
kebudayaan.kemdikbud.go.id
kompas.id
nationalgeographic.grid.id