Editor
Hanya dua anak kecil keturunan Kerajaan Singasari yang berhasil diselamatkan dan dibawa ke Karangasem (Bali).
Meski mengalami kemenangaan, raja Kerajaan Mataram tewas dalam peperangan tersebut.
Sebagai pewaris tahta Kerajaan Mataram, yaitu Anak Agung Gde Ngurah Karangasem (putra mahkota) dan adiknya yang bernama Anak Agung Ketut Karangasem.
Pada tahun 1839, Kerajaan Mataram berhasil menumpas habis Kerajaan Singasari.
Pada pertengahan abad ke-19, putera mahkota Kerajaan Mataram membangun puri yang berlokasi di atas bekas Puri Kerajaan Karangasem Singasari yang telah hancur.
Pembangunan tersebut selesai pada tahun 1866.
Puri tersebut kemudian diberi nama Singasari atau Karangasem, dan berganti menjadi Cakaranegara.
Pada saat tahun 1894, Kerajaan Mataram melakukan peperang melawan Belanda (ekspedisi Lombok).
Dalam peperangan tersebut, Kerajaan Mataram mengalami kekalahan dan puri kerajaan ikut hancur dalam peristiwa tersebut.
Baca juga: Asal Usul Nama dan Julukan Kota Mataram
Pada peristiwa penting itu juga ditemukan keropak (naskah lontar) Desawarnana atau dikenal Negarakertagama.
Kekalahan Kerajaan Mataram atas Belanda mengakhiri masa pemerintahan sistem kerajaan di Lombok. Peristiwa tersebut juga sebagai tanda masa pemerintahan Hindia Belanda di Lombok.
Puri atau istana sebagai lambang keberadaan kerajaan ikut hancur.
Taman Mayura atau Pura Meru dipandang sebagai satu-satunya bukti. Keberadaan Kerajaan Singasari atau Karangasem di Lombok maupun Kerajaan Mataram yang kemudian berganti nama menjadi Cakranegara.
Taman Mayura muncul pada masa pemerintahan Anak Agung Gde Ngurah Karangasem.
Pada awalnya, nama taman tersebut adalah Taman Kelepug, yang diambil dari bunyi kelepug-kelepug suara keras dari kolam taman.