Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

605 Kasus Gigitan Anjing Terjadi di Buleleng pada Januari dan Februari, 1 Orang Meninggal karena Rabies

Kompas.com, 25 Februari 2025, 16:38 WIB
Hasan,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

BULELENG, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Bali, mencatat 605 kasus gigitan anjing terjadi sepanjang Januari hingga Februari 2025.

Dari jumlah tersebut, satu kasus mengakibatkan seorang warga meninggal dunia akibat rabies.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Nyoman Budiastawan, menyatakan bahwa pihaknya mencatat 605 kasus gigitan anjing di Buleleng dari 1 Januari hingga 25 Februari 2025.

Namun, tidak semua pasien menerima vaksin anti rabies (VAR), tergantung pada hasil observasi yang dilakukan.

Baca juga: Digigit Anjing Liar, Warga di Buleleng Meninggal dengan Gejala Rabies

"Stok VAR kami sekitar 10.400 vial, untuk sekitar 6-8 bulan. Mudah-mudahan cukup," ujar Budiastawan saat dikonfirmasi pada Selasa (25/2/2025).

Satu kasus gigitan anjing yang berujung pada kematian terjadi di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.

Korban, I Kadek Sugiartama (35), meninggal setelah mengalami gejala rabies.

Dinas Kesehatan Buleleng memastikan bahwa sebanyak 19 orang yang merupakan keluarga dan kerabat korban telah diberikan vaksin anti rabies karena sempat melakukan kontak erat dengan korban.

"Untuk yang kontak erat dengan korban ada 19 orang, semua sudah divaksin," ungkap Budiastawan.

I Kadek Sugiartama meninggal dunia setelah digigit anjing liar. Ia mengalami gejala rabies dan dilarikan ke RSUD Buleleng pada Sabtu (22/2/2025) sore.

Baca juga: Vaksin Rabies Gratis di Kota Ambon Tersisa 200 Dosis

Di tengah perawatan, ia dinyatakan meninggal dunia pada Senin (24/2/2025) dini hari sekitar pukul 02.00 Wita.

Direktur RSUD Buleleng, Putu Arya Nugraha, membenarkan bahwa ada pasien yang dirawat dengan gejala rabies dan meninggal dunia.

"Keterangan keluarganya, pasien sempat digigit anjing pada enam bulan yang lalu di pasar. Anjingnya tidak terobservasi dan hilang," ujarnya saat dikonfirmasi pada Senin (24/2/2025).

Nugraha menambahkan bahwa pasien tidak melaporkan kejadian gigitan anjing tersebut dan hanya mencuci lukanya dengan air mengalir.

"Tidak sempat dilaporkan dan tidak dapat VAR (vaksin anti rabies)," sambungnya.

Ia menjelaskan bahwa saat dilarikan ke RSUD Buleleng, pasien sudah menunjukkan gejala yang mengarah pada rabies.

Baca juga: 7 Warga Jember yang Digigit Monyet Liar Disuntik Vaksin Rabies

"Pasien datang dengan kondisi gelisah, hidrofobia (takut terhadap air yang disebabkan oleh infeksi virus rabies), dan sangat sensitif," ujar Nugraha.

Kondisi fisik pasien terus menurun hingga akhirnya meninggal dunia.

Kasus ini menjadi pengingat pentingnya kesadaran masyarakat akan risiko rabies dan perlunya penanganan segera setelah gigitan hewan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Soal Bangunan Nuanu yang Disebut Melanggar, Satpol PP Bali: Secara Prinsip Tidak Masalah
Soal Bangunan Nuanu yang Disebut Melanggar, Satpol PP Bali: Secara Prinsip Tidak Masalah
Denpasar
Buat Konten Pakai Mobil Pikap di Bali, Bintang Porno asal Inggris Dijatuhi Pidana Denda Rp 200.000
Buat Konten Pakai Mobil Pikap di Bali, Bintang Porno asal Inggris Dijatuhi Pidana Denda Rp 200.000
Denpasar
Bangunan Investor di Taman Nasional Bali Barat Disegel
Bangunan Investor di Taman Nasional Bali Barat Disegel
Denpasar
Banjir Terjang Karangasem Bali, Puluhan Rumah Warga Terdampak
Banjir Terjang Karangasem Bali, Puluhan Rumah Warga Terdampak
Denpasar
Pansus TRAP Bakal Cek Kembali Nuanu Creative City meski Izin Disebut Lengkap
Pansus TRAP Bakal Cek Kembali Nuanu Creative City meski Izin Disebut Lengkap
Denpasar
Rombongan Pelajar Jepang Curi 40 Baju di Ubud Bali, Aksinya Terekam CCTV
Rombongan Pelajar Jepang Curi 40 Baju di Ubud Bali, Aksinya Terekam CCTV
Denpasar
Lift Kaca di Nusa Penida Belum Dibongkar, Sudah 3 Minggu Sejak Perintah Pembongkaran
Lift Kaca di Nusa Penida Belum Dibongkar, Sudah 3 Minggu Sejak Perintah Pembongkaran
Denpasar
Bintang Porno Asal Inggris Tak Ditahan Meski Langgar Izin Tinggal, Ini Alasan Imigrasi
Bintang Porno Asal Inggris Tak Ditahan Meski Langgar Izin Tinggal, Ini Alasan Imigrasi
Denpasar
Bintang Porno asal Inggris Lenggak-lenggok sambil Isap Lolipop saat Diperiksa Imigrasi
Bintang Porno asal Inggris Lenggak-lenggok sambil Isap Lolipop saat Diperiksa Imigrasi
Denpasar
Bintang Porno Asal Inggris dan 3 Pria WNA Bakal Dideportasi dan Dicekal 10 Tahun
Bintang Porno Asal Inggris dan 3 Pria WNA Bakal Dideportasi dan Dicekal 10 Tahun
Denpasar
Tak Ditemukan Unsur Pornografi, Bintang Porno Dijerat UU Lalu Lintas
Tak Ditemukan Unsur Pornografi, Bintang Porno Dijerat UU Lalu Lintas
Denpasar
Polisi Tak Temukan Unsur Pornografi dalam Konten Bintang Porno Inggris di Bali
Polisi Tak Temukan Unsur Pornografi dalam Konten Bintang Porno Inggris di Bali
Denpasar
Pria di Jembrana Ditangkap Polisi karena Menanam Ganja di Rumah, Bibit Dibeli dari Spanyol
Pria di Jembrana Ditangkap Polisi karena Menanam Ganja di Rumah, Bibit Dibeli dari Spanyol
Denpasar
Angin Puting Beliung Sapu 3 Bangunan di Jembrana, Warga Mengungsi
Angin Puting Beliung Sapu 3 Bangunan di Jembrana, Warga Mengungsi
Denpasar
Banjir Bandang di Crystal Bay Nusa Penida Bali, Aktivitas Wisata Ditutup Sementara
Banjir Bandang di Crystal Bay Nusa Penida Bali, Aktivitas Wisata Ditutup Sementara
Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau