Tari Baris adalah tarian tradisional Bali yang berawal dari satu bentuk ritual yang kemudian berubah menjadi tari hiburan.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh paling sedikit 18 orang dan paling banyak 40 penari laki-laki.
Dalam Tari Baris, para penari akan bergerak layaknya seorang pahlawan yang sedang berperang yang memperlihatkan tentang keberanian para ksatria Bali.
Kostum yang dikenakan oleh penari dalam Tari Baris adalah badog, lamak, awir, baju beludru, celana panjang, dan lain-lain.
Tari Sanghyang Dedari merupakan salah satu jenis tari sanghyang atau tarian kerauhan yang ditarikan dalam kondisi kesurupan.
Tari ini memiliki tujuan mistis dan tidak ditampilkan di depan umum, namun ditarikan dengan tujuan untuk melindungi desa dari wabah penyakit, bencana alam, dan bencana lainnya.
Tari Sanghyang Dedari merupakan tari peninggalan kebudayaan pra-Hindu yang ditarikan oleh dua orang gadis yang dianggap masih suci.
Keunikan dari tari ini adalah tidak adanya iringan alat musik melainkan menggunakan iringan dari suara beberapa orang yang menyanyikan lagu persembahan kepada dewa.
Tari Topeng Sidhakarya adalah tari yang biasa ditarikan di akhir acara yang menjadi tanda bahwa tari sakral telah selesai.
Dalam acara ritual keagamaan tradisi Hindu di Bali, Tari Topeng Sidhakarya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan runtutan upacara.
Tarian ini berfungsi sebagai pelengkap untuk mendapatkan keyakinan dalam mencapai ke arah kesempurnaan dan kesuksesan sebuah yadnya.
Tari Gambuh termasuk dalam jenis sebagai Tari Bebali atau Tari seremonial pengiring upacara di Pura.
Dramatari Gambuh merupakan tari lakon klasik tertua dalam khazanah tari Bali.
Tari ini merupakan bentuk total teater yang memiliki unsur seni, drama, musik, dialog, dan tembang.
Tari Gambuh berhubungan dengan pelaksanaan upacara-upacara besar yang ditarikan pada waktu Ida Bhatara turun ke paselang.