Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Gereja Pniel Singaraja, Gereja Protestan Tertua di Bali yang Dibangun di Atas Tanah Puri

Kompas.com, 25 Desember 2022, 14:24 WIB
Hasan,
Andi Hartik

Tim Redaksi

BULELENG, KOMPAS.com - Sejumlah umat Protestan melangsungkan rangkaian ibadah Natal 2022 di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Pniel Singaraja, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, pada Minggu (25/12/2022).

Gereja tersebut merupakan gereja Protestan tertua di Bali, yakni dibangun pada era kolonial Belanda pada tahun 1938 dengan ciri khas arsitektur kolonial bergaya gotik.

Pendeta GPIB Pniel Singaraja, Pendeta Christine Djama Kaunang mengatakan, awalnya gereja tersebut bernama Nederland Hervormmde Kerk yang artinya gereja Belanda yang pertama.

Baca juga: Pengurus Gereja di Buleleng Bali Sulap Botol Plastik Bekas Jadi Pohon Natal Setinggi 7 Meter

Keberadaan gereja ini tak lepas dari kota Singaraja sebagai ibu kota Afdeling Bali dan Lombok pada era kolonial Belanda. Kota Singaraja juga jadi ibu kota Provinsi Soenda Ketjil serta Provinsi Bali hingga tahun 1960.

Gereja ini awalnya hanya diperuntukkan bagi warga negara Belanda yang tinggal di kota Singaraja ketika menjabat dalam birokrasi pemerintahan kolonial. Juga bagi orang-orang Belanda yang datang ke Singaraja untuk berwisata.

Baca juga: Diterjang Gelombang Tinggi, Perahu Nelayan di Buleleng Bali Rusak

"Tanah bangunan gereja ini awalnya tanah milik Puri, yang disebut tanah egendom (tanah hak milik). Lahan tersebut kemudian dibeli oleh Pemerintah Belanda untuk dibangun gereja sebagai tempat ibadah pegawai pemerintah kolonial," jelasnya.

"Selain itu, juga diperuntukan bagi orang-orang Belanda yang berwisata ke Singaraja," imbuh Christine.

Awalnya, bangunan Gereja GPIB Pniel Singaraja berukuran 7 x 12 meter.

Christine menyebutkan, saat Belanda kalah dari Jepang dalam mempertahankan kekuasaannya di Hindia Belanda, termasuk kota Singaraja, gereja tersebut akhirnya diserahkan ke Raja Buleleng saat itu, Anak Agung Panji Tisna.

Bangunan GPIB Pniel Singaraja pada 20 September 1955 dilakukan perluasan. Selain itu, untuk memperindah gereja, pada 10 November 1982 pihak pengurus gereja kembali melakukan pemugaran.

Bangunan yang kini sudah berusia 84 tahun itu masih kokoh dengan ciri khas bangunan lama. Meski sempat beberapa kali dipugar, kekhasan dari bangunan menara yang berbentuk lancip dan jendela masih tetap dipertahankan.

Warisan arsitektur kolonial pada bangunan gereja ini salah satunya bisa ditemukan pada bagian jendela yang berjalusi dengan dua daun. Jendela ini kerap digunakan di bangunan-bangunan kolonial di kota Singaraja.

"Di sini juga masih ada lonceng peninggalan Belanda yang dibunyikan tiap ibadah Minggu atau setiap ada ibadah gereja," imbuh dia.

Baca juga: Pemkab Buleleng Tak Gelar Pesta Kembang Api Tahun Baru, Diganti Pesta Kesenian

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, I Nyoman Wisandika mengatakan, pihaknya telah mengusulkan Gereja GPIB Pniel Singaraja sebagai cagar budaya.

Usulan itu telah dikirimkan ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Bali.

"Harapannya, tempat ibadah ini dapat ditetapkan pada tahun 2023 sebagai cagar budaya," katanya.

"Bangunan ini memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan sehingga layak ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya," imbuh dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pansus TRAP DPRD Bali Tutup Sementara Proyek Jimbaran Hijau
Pansus TRAP DPRD Bali Tutup Sementara Proyek Jimbaran Hijau
Denpasar
Soal Bangunan Nuanu yang Disebut Melanggar, Satpol PP Bali: Secara Prinsip Tidak Masalah
Soal Bangunan Nuanu yang Disebut Melanggar, Satpol PP Bali: Secara Prinsip Tidak Masalah
Denpasar
Buat Konten Pakai Mobil Pikap di Bali, Bintang Porno asal Inggris Dijatuhi Pidana Denda Rp 200.000
Buat Konten Pakai Mobil Pikap di Bali, Bintang Porno asal Inggris Dijatuhi Pidana Denda Rp 200.000
Denpasar
Bangunan Investor di Taman Nasional Bali Barat Disegel
Bangunan Investor di Taman Nasional Bali Barat Disegel
Denpasar
Banjir Terjang Karangasem Bali, Puluhan Rumah Warga Terdampak
Banjir Terjang Karangasem Bali, Puluhan Rumah Warga Terdampak
Denpasar
Pansus TRAP Bakal Cek Kembali Nuanu Creative City meski Izin Disebut Lengkap
Pansus TRAP Bakal Cek Kembali Nuanu Creative City meski Izin Disebut Lengkap
Denpasar
Rombongan Pelajar Jepang Curi 40 Baju di Ubud Bali, Aksinya Terekam CCTV
Rombongan Pelajar Jepang Curi 40 Baju di Ubud Bali, Aksinya Terekam CCTV
Denpasar
Lift Kaca di Nusa Penida Belum Dibongkar, Sudah 3 Minggu Sejak Perintah Pembongkaran
Lift Kaca di Nusa Penida Belum Dibongkar, Sudah 3 Minggu Sejak Perintah Pembongkaran
Denpasar
Bintang Porno Asal Inggris Tak Ditahan Meski Langgar Izin Tinggal, Ini Alasan Imigrasi
Bintang Porno Asal Inggris Tak Ditahan Meski Langgar Izin Tinggal, Ini Alasan Imigrasi
Denpasar
Bintang Porno asal Inggris Lenggak-lenggok sambil Isap Lolipop saat Diperiksa Imigrasi
Bintang Porno asal Inggris Lenggak-lenggok sambil Isap Lolipop saat Diperiksa Imigrasi
Denpasar
Bintang Porno Asal Inggris dan 3 Pria WNA Bakal Dideportasi dan Dicekal 10 Tahun
Bintang Porno Asal Inggris dan 3 Pria WNA Bakal Dideportasi dan Dicekal 10 Tahun
Denpasar
Tak Ditemukan Unsur Pornografi, Bintang Porno Dijerat UU Lalu Lintas
Tak Ditemukan Unsur Pornografi, Bintang Porno Dijerat UU Lalu Lintas
Denpasar
Polisi Tak Temukan Unsur Pornografi dalam Konten Bintang Porno Inggris di Bali
Polisi Tak Temukan Unsur Pornografi dalam Konten Bintang Porno Inggris di Bali
Denpasar
Pria di Jembrana Ditangkap Polisi karena Menanam Ganja di Rumah, Bibit Dibeli dari Spanyol
Pria di Jembrana Ditangkap Polisi karena Menanam Ganja di Rumah, Bibit Dibeli dari Spanyol
Denpasar
Angin Puting Beliung Sapu 3 Bangunan di Jembrana, Warga Mengungsi
Angin Puting Beliung Sapu 3 Bangunan di Jembrana, Warga Mengungsi
Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau