Adapun jarak lokasi kebakaran dengan permukiman warga, kata dia, sekitar 7 kilometer.
Sedangkan titik api berada di ketinggan kurang lebih 2.000 meter di atas permukaan laut (MDPL).
"Untuk saat ini kami masih pantau dari Pos BPBD. Masyarakat sekitar sudah membuat sekat-sekat tanah antisipasi api dan Damkar menyiagakan armadanya di Kecamatan Kubu," ujarnya.
Baca juga: Aparat TNI Polri Bubarkan Acara HUT Satu Ormas di Bali
Melansir Antara, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa mengungkapkan, penyebab kebakaran lereng Gunung Agung belum diketahui.
Namun dugaan sementara, api dipicu adanya gesekan ranting pohon di musim kemarau.
Menurut Arimbawa, kebakaran masih bersifat fluktuatif.
"Kondisi di lokasi kebakaran sangat fluktuatif, karena dampak angin. Kalau bertiup, api muncul kembali seperti kejadian-kejadian sebelumnya," kata dia, seperti dikutip dari Antara.
Baca juga: 8 Hektar Lahan di Lereng Gunung Agung Bali Terbakar, Kepulan Asap Membumbung
Bupati Karangasem I Gede Dana sempat mendatangi lokasi kebakaran lereng Gunung Agung Bali.
Dia mengatakan, api membakar kawasan hutan lindung.
"Yang terbakar itu kawasan hutan lindung di Pal 449 hingga Pal 554 dan menurut laporan dari KRPH luas hutan lindung yang terbakar itu mencapai 35 hektar dan tersebar di banyak titik," katanya.
Bupati memastikan jarak lokasi titik api dengan permukiman.
Sebagian tim, kata dia, berjaga di Desa Tulamben untuk memudahkan dan mempercepat pergerakan jika api mendekat ke permukiman.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Kabupaten Karangasem Made Agus Budiasa mengungkapkan, kasus kebakaran meningkat selama kemarau.
Di Karangasem, terdapat 50 sampai 60 kasus kebakaran dari bulan Agustus 2023 sampai September 2023.