Pihak kolonial Belanda murka dan menuduh Kerajaan Klungkung melakukan pemberontakan.
Belanda mengeluarkan ultimatum kepada Raja Klungkung saat itu, Raja Dewa Agung Jambe II untuk menyerah dengan batas waktu sampai 22 April 1908.
Akan tetapi, ultimatum tersebut dihiraukan oleh raja dan rakyat Klungkung karena semangat menjaga kedaulatan.
Karena ultimatumnya dihiraukan, pihak Belanda bersiap untuk menyerang Klungkung dengan modal beberapa meriam.
Bahkan pada 20 April 1908, pemerintah kolonial Belanda di Batavia mengirimkan pasukan tambahan untuk menyerang Kerajaan Klungkung.
Sedangkan pada saat itu rakyat Klungkung maju berperang hanya bermodalkan semangat gagah berani dengan senjata tombak dan keris.
Pada 21 April 1908, pasukan dari Klungkung berhasil dikalahkan dengan mudah oleh pasukan Belanda.
Namun semangat memperjuangkan kedaulatan membuat rakyat Klungkung tetap menolak untuk menyerah.
Setelah membombardir selama 6 hari, pasukan tambahan Belanda kembali didatangkan dari Batavia ke Desa Kusamba dan Jumpai.
Pasukan tambahan itu langsung melakukan perlawanan terhadap rakyat Klungkung dan berhasil mengepung Istana Semarapura pada 27 April 1908.
Sampai dengan tanggal tersebut, tercatat beberapa tokoh pembesar Kerajaan Klungkung sudah gugur, seperti Cokorda Gelgel, Dewa Agung Gede Semarabawa, Dewa Agung Muter, dan putra mahkota kerajaan.
Keadaan yang semakin genting justru membuat Raja Dewa Agung Jambe II bersama dengan sekitar 3.000 laskarnya terus maju menyerang Belanda.
Saat Perang Puputan Klungkung yang terjadi pada 28 April 1908 tersebut, Ida Dewa Agung Jambe gugur bersama para pengikutnya saat bertempur melawan penjajah Belanda.
Gugurnya Raja Dewa Agung Jambe II, juga menandai jatuhnya Kerajaan Klungkung ke pemerintah kolonial Belanda.
Setelah itu, Belanda juga membakar istana Klungkung dan membwa pusaka berupa tombak dan keris.
Selanjutnya pada Oktober 1908, istana tersebut dibangun kembali dan Klungkung dijadikan daerah swapraja, seperti Gianyar dan Karangasem.
Sumber:
klungkungkab.go.id
kompas.com (Widya Lestari Ningsih, Nibras Nada Nailufar, Verelladevanka Adryamarthanino ,Tri Indriawati, Lukman Hadi Subroto)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.