Editor
Hasil Forensik: Bukti di tempat kejadian perkara dan analisis forensik memperkuat keterlibatan Margriet dalam pembunuhan.
Motif Kekerasan: Margriet kerap memperlakukan Engeline dengan buruk, memerintahkannya mengurus ternak tanpa memperhatikan kondisi fisik dan mental anak tersebut.
"Bukti kedua, hasil analisis laboratorium forensik. Ketiga, petunjuk di tempat kejadian perkara. Keterlibatan Margriet membunuh Engeline sangat kuat," ujar Kapolri saat itu Badrodin Haiti dikutip dari Kompas.com.
Engeline lahir pada 19 Mei 2007 di Canggu, Bali, dari pasangan Hamidah dan Achmad Rosyidi. Namun, keduanya tidak mampu membayar biaya persalinan sebesar Rp 1,8 juta.
Hamidah menyerahkan Engeline kepada Margriet. Selama bertahun-tahun, Hamidah tidak mengetahui nasib anak kandungnya hingga kematian tragis Engeline.
Selama tinggal bersama Margariet, Engeline sering dipaksa memberi makan puluhan ayam, anjing, dan kucing peliharaan Margriet.
Ia datang ke sekolah dalam keadaan lusuh, bau kotoran, dan sering terlambat. Guru-gurunya kerap membersihkan dan memandikannya.
Sebelum hilang, Engeline pernah mengeluh kepada gurunya bahwa ia pusing karena belum makan.
Pada hari itu, Margriet memukuli Engeline berkali-kali di bagian wajah hingga menyebabkan darah keluar dari hidung dan telinganya.
Setelah memastikan Engeline tewas dengan menyundutkan bara rokok ke tubuhnya, Margriet menyuruh Agus Tay menguburkan jasad Engeline di halaman belakang rumah dengan janji upah Rp 200 juta.
Perbuatan keji tersebut akhirnya terungkap dan Margariet serta Agus Tay dimeja hijaukan.
Margriet dinyatakan bersalah atas pembunuhan berencana dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada 2016.
Sementara Agus Tay, pembantu yang membantu menguburkan Engeline, dihukum 10 tahun penjara dan didenda Rp 1 miliar.
Kasus Engeline menjadi pengingat akan pentingnya perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi, terutama di lingkungan keluarga.
Hingga kini, Engeline dikenang sebagai simbol tragis kegagalan sistem perlindungan anak yang seharusnya memastikan kesejahteraan mereka.
Berita ini dirangkum sebagai bentuk penghormatan terhadap keadilan dan hak anak-anak untuk tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang