DENPASAR, KOMPAS.com - Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof IGNG Ngoerah tercatat menjadi rumah sakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan kasus perundungan atau bullying terbanyak ketiga di Indonesia.
Dalam laporan Kemenkes, terdapat 42 kasus perundungan terhadap peserta program pendidikan dokter spesialis atau PPDS di RSUP Prof IGNG Ngoerah Denpasar, sejak tahun 2023 hingga awal 2025.
Direktur SDM, Pendidikan, dan Penelitian RS Ngoerah, Ken Wirianti mengatakan bahwa kasus perundungan tersebut paling banyak ditemukan di program studi (prodi) spesialis bedah dan penyakit dalam.
"Rata-rata (paling banyak di bagian) di bagian bedah. Penyakit dalam juga," kata dia saat dihubungi wartawan pada Jumat (2/5/2025).
Baca juga: Kasus Bullying dan Pemerasan PPDS Undip, Berkas Dinyatakan Lengkap, Tersangka Ditahan?
Ia mengungkapkan bahwa banyaknya kasus perundungan di kedua prodi tersebut salah satunya dipicu beban akademik, ditambah tekanan kerja karena sering menangani pasien dengan status darurat.
Selain itu, terdapat masalah komunikasi, baik antara peserta didik dengan pendidiknya maupun antara peserta didik junior dengan seniornya.
"(Penyebab perundungan) pasti pada proses pendidikan. Kalau pendidikan kedokteran sama ke di fakultas kecil kayak lab, kulit. Itu kasus (yang ditangani) kan tidak seperti di bedah. Kalau di bedah itu kan kasusnya biasanya emergency, kalau kulit kan tidak ada emergency. Itu stres ya. Itu adalah satu pemicu ya," kata dia.
Ken mengaku bahwa bentuk perundungan yang banyak dilaporkan adalah kasus kekerasan verbal dengan korban paling banyak perempuan.
Berdasarkan temuan tersebut, pihaknya telah memberikan sanksi tegas terhadap para pelaku berupa skorsing hingga tidak lagi diberikan kewenangan melakukan pendidikan di rumah sakit.
Baca juga: Syarat Damai, Korban Bullying di Surabaya Tuntut Kompensasi Rp 2 M
Adapun para korban diberikan perlindungan dan terapi psikologi.
Di sisi lain, RSUP Prof Ngoerah juga telah melaksanakan sejumlah program untuk mencegah kasus serupa berulang.
Di antaranya, memberikan sosialisasi kepada pendidik dan peserta didik tentang pencegahan perundungan, penandatanganan pakta integritas sebagai bentuk komitmen tidak akan melakukan perundungan, mengatur jam kerja peserta didik, serta membuka kanal dan jaringan komunikasi untuk pengaduan.
"Kami juga melakukan survei burnout dan menindaklanjutinya, ada skrining depresi terhadap peserta didik serta meningkatkan pengawasan kegiatan pendidikan dengan program sapa residen," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membuka data terbaru jumlah kasus bullying atau perundungan di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Perundungan ini terjadi di Rumah Sakit Kemenkes, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), rumah sakit universitas, dan rumah sakit swasta.