Lanjutnya, "Ternyata banyak hal berubah saat kita menjadi seorang ibu. Belum anaknya cerewet. Pekerjaan rumah belum beres, harus ke kebun. Belum lagi ada upacara adat."
Di tengah semua tantangan dan cobaan itu, Rasmini tetap menyimpan harapan besar dan akan melakukan pekerjaan apapun demi anak-anaknya.
Lelah pikiran, batin, dan tubuh, tak lagi dia hiraukan. Semuanya demi masa depan anak-anak yang lebih baik.
"Bagaimana anak-anak saya bisa tumbuh dengan sempurna, maksudnya mereka tercukupi. Kebutuhan mereka terpenuhi dan tumbuh tanpa ada masalah. Walau memang tidak mungkin jika tidak ada masalah dalam hidup ini," jelas dia.
Dia pun menyadari, tantangan akan semakin besar ketika anak-anaknya tumbuh semakin remaja dan dewasa. Memastikan mereka aman, selamat, dan tidak terjerat dalam masalah.
"Pikiran harus jernih. Apalagi kalau sedang ada masalah dengan suami, kadang anak-anak ikut kena imbas. Tapi di situ mental harus stabil. Motivasi saya untuk anak-anak agar pendidikan mereka lebih baik," ucap Rasmini.
Baca juga: Kisah Siti Aisyah, Ibu 5 Anak Berprofesi Penambal Ban Truk di Surabaya
Dia pun menyadari bahwa tidak hanya dirinya sendiri yang berjuang keras dalam menjalankan peran sebagai ibu.
Menurutnya ada banyak perempuan di Bali yang merasakan hal serupa. Karenanya sangat penting untuk saling mendukung. Begitupula dengan suami yang mau bekerja sama dalam menjalankan kehidupan rumah tangga.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang