Pada 1926, KPM mendirikan Bali Hotel di Jalan Veteran, yang masih beroperasi sampai sekarang dengan nama Inna Bali Hotel.
Langkah KPM sangat sistematis dalam mempromosikan Bali sebagai destinasi wisata, mulai dari pendirian biro wisata, memperbanyak frekuensi pelayaran ke Bali, menerbitkan brosur promosi sampai mendirikan akomodasi mewah Bali Hotel.
Selain wisatawan, banyak seniman dan pemerhati budaya yang tertarik mempelajari seni budaya Bali secara langsung.
Pemerintah kolonial Belanda juga menugaskan Dr Gregor Krause untuk membuat dokumentasi Pulau Bali dalam bentuk foto dan buku.
Baca juga: Hotel di Bali Sempat Jadi Tempat Menginap Pasien Omicron, Begini Penjelasan Pengelola
Kemudian, banyak seniman yang mulai membuat buku-buku tentang Bali yang dikenal dunia.
Setelah dikunjungi oleh seniman, masyarakat Eropa mulai mendengar tentang keindahan dan uniknya budaya di Bali.
Situasi ini menjadi awal mula Bali diberi julukan The Island of Gods, The Island of Paradise, The Island of Thousand Tempel, The Morning of the Worl, dan julukan indah lainnya.
Pada 1935, Bandar Udara Tuban mulai beroperasi sehingga turis dari luar negeri juga berdatangan melalui jalur udara.
Bandar Udara Tuban ini sekarang dikenal sebagai Bandara Internasional Ngurah Rai
Pada 1940-an, terjadi Perang Dunia II yang mempengaruhi seluruh penduduk dunia, tak terkecuali Indonesia.
Pariwisata Bali sempat terhenti dalam beberapa waktu.
Baca juga: Wisatawan Domestik ke Bali Meningkat, Koster: Lebih dari 25.000 Per Hari
Namun setelah Indonesia Merdeka dan Bali bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, pariwisata Bali kembali berjalan.
Wisatawan luar negeri mulai datang kembali ke Bali.
Pada 1947, pemerintah Indonesia atas gagasan Presiden Soekarno membangun Istana Tapak Siring untuk menyambut tamu kenegaraan.
Bali semakin dikenal oleh tamu-tamu dari berbagai mancanegara.