Selanjutnya, semua pelawatan Barong dan Rangda serta para pepatih yang kerasukan akan keluar dari Kori Agung, kemudian mengelilingi wantilan dengan cara prasawia sebanyak tiga kali.
Saat melakukan prasawia, para pepatih melakukan ngunying atau ngurek yang berarti melobangi atau menusuk bagian tubuh sendiri dengan keris atau alat lainnya dalam kondisi kerasukan (trance).
Dalam kondisi tersebut tidak ada bagian tubuh yang terluka.
Setelah acara prasawia selesai, semua kembali ke Gedong Agung dengan upacara Pengeluwuran. Mereka yang kesurupan kembali seperti semula.
Acara selanjutnya adalah Maider Bhuwana Bhatara-Bhatari dan Prasanak Pengerob.
Dimana, semua pengiringnya kembali mengelilingi watilan (tempat adu ayam) sebanyak tiga kali dengan cara pradaksina atau mengikuti arah jarum jam.
Setelah selesai, semua kembali ke jeroan pura.
Upacara Ngerebong dicerminkan dengan sifat-sifat kekuatan yang bertentangan. Hal ini terlihat dari simbol-simbol yang mengandung makna mitologi di masyarakat.
Baca juga: Tradisi Mekotek Bali: Sejarah, Tujuan, dan Tata Cara
Di antaranya, Barong sebagai simbol kebaikan dan Rangda sebagai simbol keburukan.
Prosesi prasawia bermakna meredam aspek Asuri Sampad atau kecenderungan keraksasaan.
Adapun prosesi pradaksina bermakna sebagai simbol memnguatkan Dewi Sampad, yakni kecenderungan sifat-sifat kedewaaan.
Sumber:
warisanbudaya.kemdikbud.go.id dan www.kesimanpetilan.denpasarkota.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.