Operasi ini satu-satunya cara menyelamatkan Justyn. Namun, menurutnya, sangat berisiko tinggi karena tulang leher berkaitan dengan organ vital manusia.
Yakni, pada tulang leher belakang terdapat sumsum tulang belakang dan pembuluh darah serta sel-sel saraf yang menghubungkan kepala dengan paru-paru dan jantung.
"Risiko operasinya sangat tinggi sekali. Tentunya saja bisa mungkin (menyebabkan) kelumpuhan dan kematian tapi mau tidak mau harus kita laksanakan tindakan operasi ini untuk menyelamatkan jiwa pasien," katanya.
Baca juga: Binaragawan yang Tewas Tertimpa Barbel 200 Kilogram Pernah Mewakili Klungkung di Porprov Bali 2022
Tim dokter telah menjelaskan kondisi Justyn kepada ibunya. Ibunya setuju agar tim dokter melakukan tindakan operasi terhadap Justyn.
"Keluarga pasien setuju. Dalam hal ini ibu pasien yang diberikan KIE (Kegiatan Informasi dan Edukasi) oleh DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan)," katanya.
Baca juga: Binaragawan yang Tewas Tertimpa Barbel 200 Kilogram Pernah Mewakili Klungkung di Porprov Bali 2022
Justyn menjalani operasi pada Minggu (16/7/2023) pukul 16.00 Wita. Operasi berjalan selama 3,5 jam atau selesai pada 19.30 Wita. Justyn selanjutnya dipindahkan kembali ke ruang ICU dengan bantuan alat napas.
Dokter melakukan monitoring ketat setelah operasi. Namun, kondisi Justyn memburuk pada tengah malam. Tekanan darahnya rendah dan saraf pada tulang leher diduga mengalami trauma.
Kondisi Justyn tetap memburuk meskipun dokter melakukan berbagai tindakan. Justyn akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Senin, siang.
"Nah, rupanya kecepatan pembengkakan dan perburukan oleh saraf yang mengalami trauma itu gencar juga meskipun sudah diantisipasi oleh sekian ahli di bidangnya. Kita tetap "kalah" oleh progres penyakitnya," katanya.