Editor
Ketika itu di pulau Bali ada empat buah gunung sebagai Lingga (Catur Pralingga Giri). yaitu Gunung Lempuyang (timur), Gunung Andakasa (selatan), Gunung Watukaru (barat), dan Gunung Mangu (utara).
Keadaan Bali Dwipa yang labil membuat Bhatara Hyang Pasupati (sang Hyang Parameswara) menjadi sangat khawatir.
Beliau kemudian memerintahkan untuk memindahkan bagian puncak Gunung Mahameru ke Bali Dwipa Agar bumi Bali menjadi stabil.
Adapun Sang Badawang Nala sebagai dasar Gunung, Sang Naga Anantha Boga dan Sang Naga Basukih sebagai tali pengikatnya, serta Sang Naga Tatsaka yang menerbangkannya.
Dalam perjalanan menerbangkan puncak Gunung Mahameru itulah ada bagian yang jatuh dan tercecer, sehingga jadilah Gunung Batur dan gunung-gunung atau bukit-bukit kecil lainnya di Pulau Bali.
Sementara satu belahan Gunung yang merupakan puncak Gunung Mahameru di tempatkan di Bali yang diberi nama Gunung Tohlangkir (Gunung Agung).
Jika dilihat dari sejarah aktivitasnya, pola letusan Gunung Agung bersifat eksplosif dan efusif.
Letusan yang bersifat eksplosif biasanya akan melontarkan batuan pijar, pecahan lava, hujan piroklastik dan abu.
Sementara pada letusan efusif di Gunung Agung terdapat dua macam awan panas, yakni awan panas letusan dan awan panas guguran.
Dilansir dari Kompas.com (3/7/2018), catatan kejadian letusan Gunung Agung dimulai pada 1808 dengan aktivitas erupsi yang mengeluarkan abu dan batu dengan jumlah yang banyak.
Kejadian letusan berikutnya terjadi 13 tahun kemudian, yaitu tahun 1821 yang dikategorikan sebagai letusan yang normal dan jangkauan letusan tak seluas pada 1808.
Setelah letusan pada 1821, aktivitas Gunung Agung tercatat kembali ke kondisi normal hingga tahun 1843.
Aktivitas Gunung Agung di tahun 1843 kembali meningkat dengan didahului sejumlah gempa bumi dan memuntahkan abu vulkanik, pasir, dan batuan.
Letusan kembali terjadi pada 1963 yang sebelumnya sempat terjadi gempa di sekitar Gunung Agung.
Letusan ini diawali dengan keluarnya asap tebal pada 20 Februari 1963. Kemudian, pada 17 Maret 1963, letusan terjadi dengan hujan abu dan kerikil mulai turun dari arah kawah ke pemukiman warga.