Sebagai seorang raja, I Gusti Ngurah Made Agung dikenal sebagai sosok yang pemberani serta pantang menyerah demi rakyatnya.
I Gusti Ngurah Made Agung sangat menentang adanya Perjanjian Kuta yang terjadi antara raja-raja Bali dengan pemerintah kolonial Belanda.
Pertempuran rakyat Bali yang dipimpin I Gusti Ngurah Made Agung melawan Belanda pecah pada tahun 1906.
Dalam perang Puputan Badung tersebut, I Gusti Ngurah Made Agung dan pasukannya gugur. Ia wafat pada 22 September 1906 di Badung, Bali.
Dewa Agung Istri Kanya dikenal sebagai seorang wanita tangguh yang gigih melawan Belanda.
Dia mendapat julukan Wanita Besi karena berhasil membunuh seorang jenderal Belanda.
Dewa Agung memimpin Bali pada periode tahun 1814 hingga 1850, dengan gelar Ratu Perawan Klungkung.
Dewa Agung memimpin perlawanan rakyat Klungkung menentang invasi Belanda terhadap Desa Kusamba, Bali.
Dia juga memimpin penyerangan balasan terhadap Belanda di Kusanegara yang berujung pada tewasnya pemimpin Belanda, Mayor Jenderal AV Michiels.
I Gusti Ketut Pudja lahir di Bali pada tanggal 19 Mei 1908.
Kiprahnya dalam politik nasional mulai terlihat ketika Jepang membentuk PPKI sebagai persiapan kemerdekaan.
Dalam badan PPKI yang dipimpin Soekarno itu Ketut Pudja ditujuk menjadi salah satu anggota mewakili Sunda Kecil.
Sunda Kecil adalah nama yang digunakan untuk menunjukkan daerah Bali dan Nusa Tenggara saat ini.
Pada saat Indonesia merdeka, tepatnya 22 Agustus 1945, Ketut Pudja diangkat sebagai Gubernur Sunda Kecil pertama.
Ida Anak Agung Gde Agung lahir di Gianyar, Bali pada tanggal 24 Juli 1921.