Palinggih Ratu Ayu Mas Subandar berbentuk gedong dan beratap rendah dengan ornamen khas Tionghoa. Berbeda dengan palinggih kebanyakan di Bali.
Baca juga: Resep Tipat Cantok, Sajian Ketupat Khas Bali yang Mengenyangkan
Selain di wilayah Bali Aga, ada beberapa komunitas Tionghoa-Bali yang menunjukkan tanda benderang tentang akulturasi Bali dan Tionghoa.
Mereka bisa dijumpai di Baturiti, Marga, Pupuan, Petang, Carangsari, Gumicik- Sukawati, Blahbatuh-Gianyar, Renon dan Sanur, serta Menanga.
Umumnya komunitas Tionghoa-Bali bermukim di dekat dan bekerja di pasar tradisional sebagai pedagang dan hidup dengan damai dengan penduduk lokal.
Komunitas Tionghoa di Bali sebagian terasimiliasi dengan baik dengan memakai nama Bali, yaitu Putu, Made, Nyoman, dan Ketut.
Baca juga: Apa Itu Base Genep? Bumbu Dasar Masakan Khas Bali
Mereka juga memakai bahasa Bali sebagai bahasa ibu dan bukan bahasa Tionghoa.
Di Pabean, Sangsit (Buleleng), Pesanggaran (Denpasar), Abiansemal (Badung), tempat ibadah umat Khonghucu berdampingan dengan pura.
Uang kepeng pun kini masih dipakai untuk kelengkapan upacara adat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.